Kontroversi Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Bagaimana Faktanya? | Satu Meja
JAKARTA, KOMPAS.TV – Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto lagi-lagi diusulkan menjadi pahlawan nasional. Usulan ini muncul bersamaan waktunya dengan langkah pemerintah menulis ulang sejarah.
Menurut Editor Umum Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Prof. Susanto Zuhdi, sejak sekitar 15 tahun terakhir banyak riset sejarawan yang bisa menjadi bahan untuk mengisi buku yang akan ditulis.
Maka menurutnya, penulisan ulang sejarah bisa dilihat dari perspektif objektivitas ada bahannya.
Di sisi lain, dari subjektivitas, ini sebagai menulis satu buku yang bertujuan reinventing indonesian identity.
Menurutnya silakan saja jika nanti ada sejarah pembanding yang ditulis di luar sejarawan. Sebab, sejarah itu multi tafsir dan harus ada pembanding.
Ketua Aliansi Keterbukaan Sejarah Indonesia, Marzuki Darusman mengatakan yang diperdebatkan bukan soal sejarahnya, melainkan keputusan atau kebijakan untuk menulis sejarah.
Lebih lanjut, Marzuki menambahkan hati-hati dalam penulisan sejarah. Sebab penulisan sejarah oleh pemerintah ada risikonya.
“Bukan isi, tapi politik sejarahnya,” katanya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia mengatakan sejarah itu tidak bisa dihindari. Penulisan ulang sejarah diperlukan untuk mengetahui sejarah yang baik maupun buruk, agar kita bisa belajar dan tidak mengulanginya.
“Kita ingin fakta, sejarah ya sejarah, apa adanya saja,” katanya.
#soeharto #sejarah #indonesia
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/596271/kontroversi-penulisan-ulang-sejarah-indonesia-bagaimana-faktanya-satu-meja